Saturday 24 December 2016

Makalah Berpikir "Tafsir Tarbawi"

BERPIKIR
Makalah Ini Kami Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Tafsir Tarbawi”
Dosen pembimbing :
Syaiful Muda’I M.sy






Disusun Oleh :
1.      M. Arid musafak
2.      M. Akbar
3.      M. Munib



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUSSALAM
(STAIDA)
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan ni’mat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Sehingga kita masih bisa hidup dengan menghirup udara segar.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang telah membawa kita dari zaman yang suram menuju zaman yang terang yakni Dinul Islam.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah “Tafsir Tarbawi”. Makalah ini berisi tentang langkah-langkah, kekeliruan, dan faktor penghambat berpikir.
Demikian makalah ini kami susun atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.


Penyusun















DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................        ii
Daftar Isi .....................................................................................................        iii
BAB I.. Pendahuluan
A.  Latar Belakang .........................................................................        1
B.  Rumusan Masalah ....................................................................        1
C.  Tujuan ......................................................................................        1

BAB II. Pembahasan
A.  Pengertian Berpikir ..................................................................        2
B.  Proses Berp
C.  ikir ............................................................................................        4
D.  Ayat-Ayat tentang Berpikir .....................................................        7

BAB III....................................................................................................... Penutup
A.  Kesimpulan ..............................................................................        9

Daftar Pustaka ..............................................................................        10



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Semua manusia pasti sering melakukan kegiatan berpikir. Manusia berpikir dengan menggunakan akal mereka. Akan tetapi tidak sedikit orang yang keliru dalam berpikir. Mereka kurang begitu mengetahui akan cara-cara berpikir yang benar.
Oleh karena itu makalah ini kami susun guna dapat memberikan arahan-arahan dalam melakukan kegiatan berpikir. Sehingga mereka mampu melakukan kegiatan berpikir secara baik dan benar.
Demikian makalah ini kami susun atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

B.       Rumusan Masalah
-          Apa pengertian berpikir?
-          Bagaimana proses berpikir?
-          Berapa macam-macam kegiatan berpikir?

C.      Tujuan
Dengan adanya makalah ini diharapkan orang-orang dapat berpikir secara tepat dan benar. Sehingga orang-orang dapat berpikir kreatif.









BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Berpikir
Dengan kata lain siswa mulai berfikir dalam mencari pemecahan masalah yang dihadapkan padanya. Apa sebenarnya berfikir itu? Dari contoh tersebut dapat dikemukakan bahwa pada diri siswa terdapat aktivitas mental, aktivitas kognitif yang berwujud mengolah atau memanipulasi informasi dari lingkungan dengan simbol-simbol atau materi-materi yang disimpan dalam ingatannya khususnya yang ada dalam long term memory. Si siswa mengaitkan pengertian satu dengan pengertian lain serta kemungkinan-kemungkinan yang ada sehingga mendapatkan pemecahan masalahnya. Namun demikian pengertian tersebut bukanlah satu-satunya pengertian mengenai berpikir, karena sudut pandang lain akan memberikan pengertian berpikir yang lain. Sudut pandang behaviorisme khususnya fungsionalis akan memandang berpikir itu sebagai penguatan antara stimulus dan respons. Demikian juga sudut pandang kaum asosiasionis memandang berpikir hanya sebagai asosiasi antara tanggapan atau bayangan satu dengan yang lainnya yang saling kait mengait.
Salah satu sifat dari berfikir adalah goal directed yaitu berfikir tentang sesuatu, untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Berfikir juga dapat dipandang sebagai pemprosesan informasi dari stimulus yang ada (starting position), sampai pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa berfikir itu merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respons, seperti telah digambarkan pada tugas-tugas didepan.
Sebagai ilustrasi dapat digambarkan lagi sebagai berikut. seseorang akan membeli pesawat radio. Oleh penjual ditawarkan berbagai macam merk dengan berbagai macam harga. Sebelum pembeli memutuskan sesuatu jenis radio yang dibelinya., si pembeli mengolah informasi-informasi atau pengertian-pengertian yang ada pada dirinya, kelebihan serta kelemahan masing-masing merk, hingga akhirnya pembeli memutuskan pada merk tertentu. Dengan beberapa contoh tersebut diatas akan jelas apa yang dimaksud dengan berpikir itu.


B.       Proses Berfikir
Simbol-simbol yang digunakan dalam berfikir pada umumnya adalah berupa kata-kata atau bahasa (language). Karena itu sering dikemukakan, bahwa bahasa dan berfikir mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa manusia dapat menciptakan ratusan, ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia dapat berpikir dengan begitu sempurna. Apabila dibandingkan dengan makhluk lain, sekalipun bahasa merupakan alat yang cukup ampuh (powerful) dalam proses berpikir, namun bahasa bukan satu-satunya alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir. Sebab masih ada lagi yang dapat digunakan yaitu bayangan atau gambaran (image). Untuk menjelaskan hal ini diberikan contoh, sebagai berikut bayangkan bahwa anda ada di suatu tempat di sudut kota misalnya Bulaksumur, dan anda diminta datang di kraton. Dalam kaitan ini anda akan menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta. Khususnya yang berkaitan dengan Bulaksumur dan kraton dan menentukan jalan-jalan mana saja yang akan ditempuh untuk berangkat dari Bulaksumur sampai di kraton. Jadi disini kita menggunakan gambaran dan tayangan (image) yang merupakan visual map atau juga disebut cognitive map yang memberi gambaran yang dihadapi. Biasanya seseorang memasuki suatu kota atau tempat yang baru akan memperoleh gambaran tentang kota atau tempat yang baru itu dan ini memberikan gambaran kepada orang yang bersangkutan atau memberi visual map atau cognitive map ini yang sering disebut non verbal thinking demikian juga apabila orang berfikir menggunakan skema-skema tertentu atau gambar-gambar tertentu termasuk dalam klasifikasi tertentu.
Walaupun berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran atau bayangan-bayangan atau image. Namun sebagian terbesar dalam berpikir orang menggunakan bahasa dengan segala ketentuan-ketentuannya karena bahasa merupakan ada alat yang penting dalam berpikir. Maka sering dikemukakan bila seorang itu berpikir, orang itu bicara dengan dirinya sendiri. 

Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1.      Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas.
Jenis-jenis berpikir asosiatif adalah:
a.         Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau apa aja.
b.        Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
c.         Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
d.        Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
e.         Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2.      Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan.

Dua macam berpikir terarah, yaitu:
a.         Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan.
b.        Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
Dalam berpikir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan “buku” adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan dicetaki huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara lain adalah angka-angka dan simbol-simbol matematika, simbol-simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, noot musik, mata uang dan sebagainya.
Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan. Untuk dapat mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam pemecahan persoalan:
1.         Strategi menyeluruh : disini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam rangka keseluruhan itu.
2.         Strategi detailistis : disini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dicoba dipecahkan bagian demi bagian.
Dalam strategi yang pertama, sering kali dapat dilihat hal-hal yang sama pada beberapa bagian sehingga dapat diatasi sekaligus. Dengan demikian, cara ini lebih efisien dan lebih cepat, dan terutama berguna kalau waktunya terbatas.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
1.         Set, cara pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya (timbul: set). Padahal belum tentu persoalan yang berikut itu dapat dipecahkan dengan cara yang demikian itu. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan, terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah setnya.
2.         Sempitnya pandangan, sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan menemui kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya pandangan orang tersebut, sehingga ia tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.

C.      Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Berpikir
Al-An’am : 74-79
۞وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ أَصۡنَامًا ءَالِهَةً إِنِّيٓ أَرَىٰكَ وَقَوۡمَكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ٧٤ وَكَذَٰلِكَ نُرِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ مَلَكُوتَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلِيَكُونَ مِنَ ٱلۡمُوقِنِينَ ٧٥ فَلَمَّا جَنَّ عَلَيۡهِ ٱلَّيۡلُ رَءَا كَوۡكَبٗاۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلۡأٓفِلِينَ ٧٦ فَلَمَّا رَءَا ٱلۡقَمَرَ بَازِغٗا قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمۡ يَهۡدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلضَّآلِّينَ ٧٧ فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمۡسَ بَازِغَةٗ قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَآ أَكۡبَرُۖ فَلَمَّآ أَفَلَتۡ قَالَ يَٰقَوۡمِ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ ٧٨ إِنِّي وَجَّهۡتُ وَجۡهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ حَنِيفٗاۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٧٩
Artinya :   74.  Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Aazar, “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan?” Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
75. Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
76. Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inikah Tuhanku?” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.”
77. Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “Inikah Tuhanku?” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”
78. Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inikah Tuhanku?”, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”
79.  Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
Ar-Rum : 8
أَوَ لَمۡ يَتَفَكَّرُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۗ مَّا خَلَقَ ٱللَّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَآ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَأَجَلٖ مُّسَمّٗىۗ وَإِنَّ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلنَّاسِ بِلِقَآيِٕ رَبِّهِمۡ لَكَٰفِرُونَ ٨
Artinya :   Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.






BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Sudut pandang behaviorisme khususnya fungsionalis memandang berpikir itu sebagai penguatan antara stimulus dan respins. Demikian juga kaum aosiasionis memandang berpikir hanya sebagai aosiasi antara tanggapan atau bayangan satu dengan yang lainnya yang saling kait mengait.
Salah satu sifat dari berpikir adalah goal directed yaitu berpikir tentang sesuatu, untuk memperoleh pemecahan maslah atau untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Berpikir juga dapat dipandang sebagai pemroses informasi dari stimulus yang ada, sampai pemecahan masalah atau goal state.


















DAFTAR PUSTAKA

Walgito Bimo, pengantar psikologi umum, Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2010.
Wirawan Sarwono Sarlito, pengantar umum psikologi, Jakarta : N.V. Bulan Bintang, 1982.

Al-Aliyy, Al-Qur’an dan terjemah, Bandung : CV. Penerbit Diponegoro, 1982.