BERPIKIR
Makalah Ini Kami
Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Tafsir Tarbawi”
Dosen pembimbing :
Syaiful Muda’I M.sy
Disusun Oleh :
1.
M. Arid musafak
2.
M. Akbar
3.
M. Munib
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUSSALAM
(STAIDA)
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan ni’mat, rahmat, taufik
serta hidayah-Nya. Sehingga kita masih bisa hidup dengan menghirup udara segar.
Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang
telah membawa kita dari zaman yang suram menuju zaman yang terang yakni Dinul
Islam.
Makalah ini
kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah “Tafsir Tarbawi”. Makalah ini berisi
tentang langkah-langkah, kekeliruan, dan faktor penghambat berpikir.
Demikian
makalah ini kami susun atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar
Isi ..................................................................................................... iii
BAB I.. Pendahuluan
A. Latar
Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan
...................................................................................... 1
BAB II. Pembahasan
A. Pengertian
Berpikir .................................................................. 2
B. Proses
Berp
C. ikir
............................................................................................ 4
D. Ayat-Ayat
tentang Berpikir ..................................................... 7
BAB III....................................................................................................... Penutup
A. Kesimpulan
.............................................................................. 9
Daftar Pustaka .............................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua manusia pasti sering
melakukan kegiatan berpikir. Manusia berpikir dengan menggunakan akal mereka.
Akan tetapi tidak sedikit orang yang keliru dalam berpikir. Mereka kurang
begitu mengetahui akan cara-cara berpikir yang benar.
Oleh karena itu makalah ini kami
susun guna dapat memberikan arahan-arahan dalam melakukan kegiatan berpikir.
Sehingga mereka mampu melakukan kegiatan berpikir secara baik dan benar.
Demikian makalah ini kami susun
atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.
B. Rumusan Masalah
-
Apa pengertian berpikir?
-
Bagaimana proses berpikir?
-
Berapa macam-macam kegiatan berpikir?
C. Tujuan
Dengan adanya makalah ini diharapkan
orang-orang dapat berpikir secara tepat dan benar. Sehingga orang-orang dapat
berpikir kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berpikir
Dengan kata lain siswa mulai berfikir dalam mencari pemecahan masalah
yang dihadapkan padanya. Apa sebenarnya berfikir itu? Dari contoh tersebut
dapat dikemukakan bahwa pada diri siswa terdapat aktivitas mental, aktivitas
kognitif yang berwujud mengolah atau memanipulasi informasi dari lingkungan
dengan simbol-simbol atau materi-materi yang disimpan dalam ingatannya
khususnya yang ada dalam long term memory.
Si siswa mengaitkan pengertian satu dengan pengertian lain serta
kemungkinan-kemungkinan yang ada sehingga mendapatkan pemecahan masalahnya.
Namun demikian pengertian tersebut bukanlah satu-satunya pengertian mengenai
berpikir, karena sudut pandang lain akan memberikan pengertian berpikir yang
lain. Sudut pandang behaviorisme khususnya fungsionalis akan memandang berpikir
itu sebagai penguatan antara stimulus dan respons. Demikian juga sudut pandang
kaum asosiasionis memandang berpikir hanya sebagai asosiasi antara tanggapan
atau bayangan satu dengan yang lainnya yang saling kait mengait.
Salah satu sifat dari berfikir adalah goal
directed yaitu berfikir tentang sesuatu, untuk memperoleh pemecahan masalah
atau untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Berfikir juga dapat dipandang sebagai
pemprosesan informasi dari stimulus yang ada (starting position), sampai
pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa berfikir itu merupakan proses kognitif yang
berlangsung antara stimulus dan respons, seperti telah digambarkan pada
tugas-tugas didepan.
Sebagai ilustrasi dapat digambarkan lagi
sebagai berikut. seseorang akan membeli pesawat radio. Oleh penjual ditawarkan
berbagai macam merk dengan berbagai macam harga. Sebelum pembeli memutuskan
sesuatu jenis radio yang dibelinya., si pembeli mengolah informasi-informasi
atau pengertian-pengertian yang ada pada dirinya, kelebihan serta kelemahan
masing-masing merk, hingga akhirnya pembeli memutuskan pada merk tertentu.
Dengan beberapa contoh tersebut diatas akan jelas apa yang dimaksud dengan
berpikir itu.
B. Proses Berfikir
Simbol-simbol yang digunakan dalam
berfikir pada umumnya adalah berupa kata-kata atau bahasa (language). Karena itu sering dikemukakan, bahwa bahasa dan berfikir
mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa manusia dapat menciptakan ratusan,
ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia dapat berpikir dengan begitu
sempurna. Apabila dibandingkan dengan makhluk lain, sekalipun bahasa merupakan
alat yang cukup ampuh (powerful)
dalam proses berpikir, namun bahasa bukan satu-satunya alat yang dapat
digunakan dalam proses berpikir. Sebab masih ada lagi yang dapat digunakan
yaitu bayangan atau gambaran (image).
Untuk menjelaskan hal ini diberikan contoh, sebagai berikut bayangkan bahwa
anda ada di suatu tempat di sudut kota misalnya Bulaksumur, dan anda diminta
datang di kraton. Dalam kaitan ini anda akan menggunakan gambaran atau bayangan
kota Yogyakarta. Khususnya yang berkaitan dengan Bulaksumur dan kraton dan
menentukan jalan-jalan mana saja yang akan ditempuh untuk berangkat dari
Bulaksumur sampai di kraton. Jadi disini kita menggunakan gambaran dan tayangan
(image) yang merupakan visual map
atau juga disebut cognitive map yang memberi gambaran yang dihadapi. Biasanya
seseorang memasuki suatu kota atau tempat yang baru akan memperoleh gambaran
tentang kota atau tempat yang baru itu dan ini memberikan gambaran kepada orang
yang bersangkutan atau memberi visual map
atau cognitive map ini yang sering
disebut non verbal thinking demikian
juga apabila orang berfikir menggunakan skema-skema tertentu atau gambar-gambar
tertentu termasuk dalam klasifikasi tertentu.
Walaupun berpikir dapat menggunakan
gambaran-gambaran atau bayangan-bayangan atau image. Namun sebagian terbesar
dalam berpikir orang menggunakan bahasa dengan segala ketentuan-ketentuannya
karena bahasa merupakan ada alat yang penting dalam berpikir. Maka sering
dikemukakan bila seorang itu berpikir, orang itu bicara dengan dirinya
sendiri.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat
kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu
ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir
asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul
secara bebas.
Jenis-jenis berpikir asosiatif adalah:
Jenis-jenis berpikir asosiatif adalah:
a.
Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal
lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang
timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi
makanan atau apa aja.
b.
Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide
mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli
mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya,
pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang
hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas,
mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan
sebagainya.
c.
Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa
batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
d.
Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak
disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu
terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
e.
Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat
subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri
pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para
seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir
yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan
pada pemecahannya persoalan.
Dua
macam berpikir terarah, yaitu:
a.
Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan
terhadap suatu keadaan.
b.
Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan
hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu
soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
Dalam berpikir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu
yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan “buku”
adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas
yang dijilid dan dicetaki huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-bentuk
simbol antara lain adalah angka-angka dan simbol-simbol matematika,
simbol-simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, noot musik, mata
uang dan sebagainya.
Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan
dalam memecahkan persoalan-persoalan. Untuk dapat mengarahkan jalan pikiran
kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan
strategi. Ada dua macam strategi umum dalam pemecahan persoalan:
1.
Strategi menyeluruh : disini persoalan dipandang sebagai
suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam rangka keseluruhan itu.
2.
Strategi detailistis : disini persoalan dibagi-bagi dalam
bagian-bagian dan dicoba dipecahkan bagian demi bagian.
Dalam strategi yang pertama, sering kali dapat dilihat
hal-hal yang sama pada beberapa bagian sehingga dapat diatasi sekaligus. Dengan
demikian, cara ini lebih efisien dan lebih cepat, dan terutama berguna kalau
waktunya terbatas.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
1.
Set, cara pemecahan persoalan yang berhasil biasanya
cenderung dipertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya (timbul: set).
Padahal belum tentu persoalan yang berikut itu dapat dipecahkan dengan cara
yang demikian itu. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan, terutama
kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah setnya.
2.
Sempitnya pandangan, sering dalam memecahkan persoalan,
seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata
kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus,
karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan menemui
kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya pandangan orang
tersebut, sehingga ia tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan
keluar.
C. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Berpikir
Al-An’am : 74-79
۞وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ
أَصۡنَامًا ءَالِهَةً إِنِّيٓ أَرَىٰكَ وَقَوۡمَكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ٧٤ وَكَذَٰلِكَ
نُرِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ مَلَكُوتَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلِيَكُونَ مِنَ ٱلۡمُوقِنِينَ
٧٥ فَلَمَّا جَنَّ عَلَيۡهِ ٱلَّيۡلُ رَءَا كَوۡكَبٗاۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ
فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلۡأٓفِلِينَ ٧٦ فَلَمَّا رَءَا ٱلۡقَمَرَ
بَازِغٗا قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمۡ يَهۡدِنِي
رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلضَّآلِّينَ ٧٧ فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمۡسَ
بَازِغَةٗ قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَآ أَكۡبَرُۖ فَلَمَّآ أَفَلَتۡ قَالَ
يَٰقَوۡمِ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ ٧٨ إِنِّي وَجَّهۡتُ وَجۡهِيَ
لِلَّذِي فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ حَنِيفٗاۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
٧٩
Artinya : 74. Dan
(ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada
ayahnya, Aazar, “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan?” Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam
kesesatan yang nyata.”
75. Dan demikianlah Kami memperlihatkan
kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan agar dia termasuk
orang-orang yang yakin.
76. Ketika malam telah menjadi gelap,
dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia
berkata, “Inikah Tuhanku?” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku
tidak suka kepada yang terbenam.”
77. Lalu ketika dia melihat bulan
terbit dia berkata, “Inikah Tuhanku?” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia
berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat.”
78. Kemudian ketika dia melihat
matahari terbit, dia berkata, “Inikah Tuhanku?”, ini lebih besar.” Tetapi
ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas
diri dari apa yang kamu persekutukan.”
79. Aku hadapkan wajahku kepada
Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti)
agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
Ar-Rum : 8
أَوَ
لَمۡ يَتَفَكَّرُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۗ مَّا خَلَقَ ٱللَّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ
وَمَا بَيۡنَهُمَآ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَأَجَلٖ مُّسَمّٗىۗ وَإِنَّ كَثِيرٗا مِّنَ
ٱلنَّاسِ بِلِقَآيِٕ رَبِّهِمۡ لَكَٰفِرُونَ ٨
Artinya : Dan mengapa mereka
tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit
dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang
ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar
akan pertemuan dengan Tuhannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sudut pandang behaviorisme khususnya fungsionalis memandang berpikir itu
sebagai penguatan antara stimulus dan respins. Demikian juga kaum aosiasionis
memandang berpikir hanya sebagai aosiasi antara tanggapan atau bayangan satu
dengan yang lainnya yang saling kait mengait.
Salah satu sifat dari berpikir adalah goal directed yaitu berpikir
tentang sesuatu, untuk memperoleh pemecahan maslah atau untuk mendapatkan
sesuatu yang baru. Berpikir juga dapat dipandang sebagai pemroses informasi
dari stimulus yang ada, sampai pemecahan masalah atau goal state.
DAFTAR PUSTAKA
Walgito Bimo, pengantar psikologi umum, Yogyakarta : CV.
Andi Offset, 2010.
Wirawan
Sarwono Sarlito, pengantar umum psikologi, Jakarta : N.V. Bulan Bintang, 1982.
Al-Aliyy,
Al-Qur’an dan terjemah, Bandung : CV. Penerbit Diponegoro, 1982.